Sabtu, 22 November 2025

Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur [136 – 158 H/754 – 775 M]

Tugas : Maulida Khoirun Nisa'  Kelas 8


Khalifah-Khalifah Besar Daulah Abbasiyah

1.    Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur [136 – 158 H/754 – 775 M]

a)   Biografi Singkat Abu Ja’far Al-Mansur

Abu Ja’far Abdullah bin Muhammad Al-Mansur adalah khalifah kedua Daulah Abasiyah, putra Muhammad bin Ali bin Abdullah ibn Abbas bin Abdul Muthalib, dilahirkan di Hamimah pada tahun 101 H. Ibunya bernama Salamah Al-Barbariyah, adalah wanita dari suku Barbar. Al Mansur memiliki kepribadian kuat, tegas, berani, cerdas dan otak cemerlang.

Ia dinobatkan sebagai putra mahkota oleh kakaknya, Abdul Abbas As-Saffah. Selanjutnya, ketika As-Saffah meninggal, Al-Mansur dilantik menjadi kalifah, saat usianya 36 tahun.

Al-Mansur seorang Khalifah yang tegas, bijaksan, alim, berpikiran maju, baik budi dan pemberani. Ia tampil dengan gagah berani dan cerdik menyelesaikan berbagai persoalan yang tengah melanda pemerintahan Daulah Abbasiyah. Al-Mansur juga sangat mencintai ilmu pengetahuan. Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan menjadi pilar bagi pengembangan peradaban Islam di masanya.

Setelah menjalankan emerintahan selama 22 tahun lebih, pada tanggal 7 Dzulhijja tahun 158 H/775M, Al-Mansur wafat dalam perjalanan ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, di suatu tempat bernama ‘Bikru Maunah’ dalam usia 57 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Makkah.

b)   Kebijakan Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur dalam Pemerintahan

Setelah dilantik enjadi khalifah pada 136 H/754 M, Al-Mansur membenahi adminidtrasi pemerintahan dan kebijakan politik. Dia menjadi Wazir sebagai koordinator departemen. Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balk, Persia. Al-Mansur juga membentuk lembaga protokoler negara, sekertaris negara dan kepolisian negara disamping membenari angkatan bersenjata.

Dia menunjuk Muhammad ibnu Abbdul Al-Rahman sebagai pada lembaga kehakiman negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa Daulh Umayyah diingkatkan peranannya untuk menghimpun seluruh informasi dari daerah-daerah, sehingga administrasi kenegaraan berjala dengan lancar sekalius menjadi pusat informasi khalifah untuk mengontrol gubernurnya.

Untuk memperluas jaringan politik, Al-Mansur menaklukkan kembali daerah-daerah yang mepaskan diri, dan menerbitkan keamanan didaerah perbatasan. Diantara usaha-usaha tersebut adalah merebut benteng-benteng di Asia, kota Malatia, wilayah Cappadocia, dan Cilicia pada tahun 756-758 M. Ke utara bala tentaranya melintasi pegunungan Taurus dan mendekati selat Bosporus.

Al-Mansur yang mnghadapi pemberontakan dari pamannya sendiri yaitu Abdullah bin Ali, beliau menjadi gubernur di Suriah pada pemerintahan Abu Abbas as-Saffah. Saat menjabat sebagai khalifah, Abu Abas as-Saffah pernah menjanjikan jabatan khalifah kepada Abdullah bin Ali. Diangkatnya Al-Mansur menjadi khalifah memuat Abdullah bin Ali kecewa dan marah. Abdullah bin Ali merasa bahwa dirinya berjasa karena berhasil mengalahkan Marwan II dalam pertempuran di Zab Hulu. Abdullah bin Ali kemudian mengorbankan pemberontakan walaupun akhirnya berhasil dipadamkan oleh Abu Ja’far Al-Mansur.

0 comments:

www.mtsmanggarejo.blogspot.com

Posting Komentar

Dokumentasi Kegiatan Kemah